Urgensi Iman Bagi Kehidupan Muslim
Artikel ini disampaikan dalam acara pengajian mingguan
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Ikhwatu iman rahimakumullah
Alhamdulilah pada kesempatan ini saya bisa bertemu dengan teman-teman semua mudah-mudahan pertemuan ini menjadi pertemuan yang mendapat ridha Allah SWT. Mudah-mudahan dengan pertemuan ini akan menjadi wasilah akan datangnya keberkahan bagi kita semua.
Ikhwatu iman rahimakumullah
Kalau kita membandingkan penting mana makanan atau minuman tentu lebih penting minuman. Kalau kita tidak makan akan tetap hidup kalau Allah masih menghendakai. Dalam sebuah penelitian manusia bisa bertahan hidup tanpa makan kurang lebih selama 1 bulan asalkan tetap minum. Lalu kalau kita bandingkan lagi penting mana antara air dengan udara. Tentu kedua-duanya penting tapi kalau kita tidak minum insya Allah masih bisa hidup asal udara ini tetap ada. Bahkan lebih lanjut dalam penelitian manusia bisa bertahan hidup selama 10 hari tanpa makan dan minum. Dan bagaimana kalau Allah mencabut udara yang kita hirup ini Insya Allah sudah bisa kita bayangkan. Apa yang akan terjadi?
Tetapi ada yang lebih penting dari makan, minuman dan udara? Kalau itu semua tidak kita dapatkan paling kita meninggal. Semua orang sudah pasti akan mati. Kematian tidak bisa dipajukan atau dipundurkan walau haya sesaat. Di zaman modern sekarang ini, sebab-sebab kematian saat ini banyak sekali. Bahkan ada orang yang tidak sakit tidak apa-apa dalam keadaan sehat mati. Ya…. karena mati tidak pernah memberitahu kita kapan ia akan datang. Maka setiap kematian adalah menadadak. Ada istilah dimasyarakat kita mati mendadak ya emang mati itu semuanya mendadak. Artinya kita tidak pernah tahu kapan kematian itu datang. Tapi satu yang pasti bahwa semua insane akan mengalami mati dengan berbagai macam penyebab.
Ikhwatu iman rohimakumulloh
Kita kembali pada pembahasan tentang apa yang paling penting dan mendasar dalam hidup kita? yang lebih penting dari makanan, minuman dan udara itu adalah iman. Bayangkan bagaiman kalau kita mati dalam keadaan tidak beriman. Dalam arti kata mati suul khotimah.
Maka kita wajib berihktiyar agar iman dalam diri kita tetap terjaga dan mungkin terus meningkat. Kita harus berupaya agar kematian kita nanti dalam keadaan mati husnul khotimah.
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa iman seseorang itu bisa naik dan bisa turun. Nah bagaiman caranya agar iman kita ini senantiasa naik dan terjaga dengan baik. Dalam artikata istiqomah. dalam QS. Al-Akhqaaf (46) ayat 13-14 Allah Berfirman :
“Sesungguhnya, Orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada kekawatiran pada mereka, dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal didalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaaf : 46: 13-14)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdullah r.a., ia berkata, “Aku berkata kepada Rasululloh saw., ‘Wahai Rasululloh, katakan kepadaku suatu ucapan dalam islam yang tidak akan kutanyakan lagi kepada siapapun selain engkau.’ Beliau membalas, ‘Katakanlah,”Aku beriman kepada Allah,” lalu istiqomah.” (HR. Muslim)
Dalam hadist yang lain disebutkan :
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., ia berkata : “Aku mendengar Rasululloh saw. Bersabda, ‘Barang siapa diantara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka hendaknya ia mengubah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka hendaknya ia mengubah dengan hatinya. Hal itu merupakan tingkat keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim)
Dari hadis tersebut dapat diambil pelajaran bawa ketika kita melihat kemuangkaran maka diupayakan kita mencegah dengan tangan kita, apabila tidak mampu dengan lisan kita dan apabila tidak mampu maka dengan hati kita artinya hati kita membenci kemungkaran tersebut. Dan itulah selemah-lemah iman. Pertanyaanya adalah bagaiama ketika kita bermaksiyat atau kita yang melakukan kemungkaran itu? Barangkali bukan lemah iman lagi mungkin iman kita sedang hilang lepas dari diri kita.
Iman ini bisa kita jaga, bisa kita pelihara. Iman kita harus senatiasa kita pupuk dan siram agar tidak layu. Menjaga, memlihara, memupuk atau menyiram iman adalah dengan ilmu dan amal sholeh. Maka senantiasa dimanapun dan kapanpun kita bisa mencari ilmu dan berbuat kebaikan walaupun kecil.
Ikhwatu iman rahimakumulloh
Di dalam Al Quran banyak ayat yang menggandengkan antara amanu dan amailusholihat. Juga amanu dengan ‘ilma atau ilmu seperti dalam surah At-Tin dan surat al-Mujadalah ayat 11 yarfailahuladzina amanua walladzina utulilma daraojat.
Kecualai orang orang yang berinman dan beramal sholeh ysng akan mendapatkan pahala tidak terputus dan tidak akan Allah kembalikan ketempat atau derajat yang paling rendah. Juga hanya orang-oarang yang beriman dan berilmu yang akan Allah angkat derajatnya disisi Allah.
Mudah mudahan pertemuan ini akan menjadi carjer keimaman kita karena memang iman ini harus terus kita update harus terus kita chas agar tetap menyala dalam diri kita jangan sampai padam.
Mudah-mudahna mulai hari ini kita sama-sama berupaya untuk menjaukan diri kita dari kemaksiatan. Karena kemasiatan yang kita lakukan itulah yang merusaka iman kita.
Ingat saudaraku, bahwa iman kita mungkin tidak sekuat para salafusholeh atau para sahabat dulu. Kalau saya boleh gambarakan iman para sahabat dulu mungkin seperti paku beton yang ditancapkan pada kayu jati yang tua semakin di pukul maka akan semakin susah lepas atau susah dicabut. Maka tidak heran jika mereka rela menaruhkan nyawa, keluarga, harta demi mempertahankan imannya agar tidak lepas. Diantara sahabat itu seperti Bilal walaupun dia dijemur diterik mentari dan ditindih dengan batu tapi dia tetap mengucapakan Ahad, Ahad.
Ada lagi sahabat yang disiksa satu keluarga tapi mereka lebih baik mati daripada harus keluar dari agama Allah, mereka lebih baik mati dengan iman tetap didada. Seperti Yasir, Sumayah, dan lain-lain. Itulah iman para sahabat.
Kalau iman kita mungkin seperti paku yang ditancapakan dikayu yang sudah lapuk. Gampang dicabut. mari kita introspeksi, sering terjadi ketika adzan tiba waktu sholat duhur kita tanggaung dengan pekerjaan kita, atau malas karena panas untuk pergi ke masjid, ketika asar tiba kita tanggung lagi diperjalanan, padahal bisa kita mampir dulu ke mesjid sekarang kan banyak masjid. Ketika magrib tiba kita malas karena cape seharian bekerja, ketika isya tiba kita sudah ketiduran dan ketika subuh tiba kita kepulesan akhirnya kesiangan. Jangankan yang sunah yang wajib saja kita banyak lalainya. Kadang kita tidak merasa berdosa katika azdan tiba malah kita tetap asyik atau sibuk dengan pekerjaan kita.
Para ulama menyebutkan salah satu dosa yang jarang kita tobati adalah dosa lalai. Beda ketika telpon atau HP bunyi sedang dalam motor mendadak kita berhenti untuk menerima telepon tapi jika adzan tiba apakah kita langsung mencari masjid sangat jarang. Astagfirullohaladzim.
Ikhwatu iman rahimakumullah
Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini menjadi bahan renungan untuk kita semua khususnya untuk ana pribadi. Kesimpulannya adalah kita senantiasa berikhtiar untuk menjaga dan menumbuhkan iman dalam diri kita dengan memperbanyak amal kebaikan dan senantiasa berikhtiar untuk mencari ilmu agar iman ini terjaga dengan baik. Mudah-mudahan majlis ini memebrikan manfaat untuk kita. Amin.
Wassalamu’alaikaum warahmatullohi wabarakatuh.